Kamis, 11 Desember 2008

TOLAK TAYANGAN TELEVISI YANG TIDAK MENDIDIK

Percuma Saja Generasi Muda Sekolah
Oleh: Samuel Oktora Batarede

KOMPAS Jawa Timur, Senin, 15-08-2005.
Malang, Kompas

Sutradara dan aktor Slamet Rahardjo menyatakan, sekarang
diperlukan sikap radikal untuk tidak menonton sama sekali acara
televisi yang tidak mendidik.

Hal ini dikemukakan Slamet seusai acara dialog dan apresiasi film
karya anak Sanggar Akar Jakarta, Minggu (14/8) di Sekolah Menengah
Atas Katolik Santo Albertus-Dempo, Malang. Slamet hadir bersama
penyanyi Iga Mawarni.

Dalam sesi dialog, banyak ibu guru yang menyatakan keprihatinan
mereka akan maraknya tayangan televisi (TV) yang justru bersifat
merusak.

"Memang sekarang banyak film yang diputar di TV, apakah itu dari
dalam maupun luar negeri, yang tingkatannya sudah sangat
memprihatinkan. Isinya menyesatkan, termasuk yang bernuansa mistis.
Banyak yang tidak masuk akal, hanya menonjolkan kemewahan hingga
cerita-cerita dedemit. Kalau generasi muda sekarang banyak disodori
hal-hal semacam ini, percuma saja sekolah," kata Slamet.

"Tetapi, saya juga meminta ibu-ibu jangan hanya menjadi jago
kandang, tetapi perlu membuat semacam komitmen atau pernyataan untuk
tidak menonton film yang mengecilkan arti budaya dan harga diri
bangsa," tutur sutradara Marsinah ini.

Slamet mencontohkan, salah satu adegan atau tayangan film yang
tidak mendidik itu seperti pada film laga, yakni adanya ungkapan
salah satu tokoh untuk membalas dendam: "I will revenge!" Film laga
demikian menyampaikan pesan kuat mengenai kekuatan balas dendam
sampai turun-temurun. Seharusnya pada generasi muda ditanamkan sikap
mengasihi atau mengampuni.

"Ada juga film yang tokohnya mengatakan hal tidak masuk akal,
yang mempertanyakan mengapa pada usia 13 tahun masih perawan. Jelas
tayangan seperti ini tidak masuk logika, lebih baik tidak usah
ditonton," tutur dia.

Meski demikian, Slamet juga tidak setuju jika penolakan terhadap
tayangan film negatif itu melalui larangan dengan pendekatan
kekuasaan. Sebab, hal ini merupakan bentuk penjajahan.

"Saya pernah ditanya apakah film Buruan Cium Gue perlu ditarik
dari peredaran. Saya tidak setuju karena langkah seperti ini
mengekang seseorang untuk berkreasi. Cukup pakai saja bahasa dagang,
buka bahasa kekuasaan ," ujarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar