Kamis, 11 Desember 2008

MENGUASAI MEDIA UNTUK BICARA DAN BERSAKSI

KOMPAS, Sabtu, 11-12-2004.
SEORANG ibu muda tengah menyusui anak dalam gendongannya. Ibu itu
tidak mengenakan blus, hanya berkutang hitam. Rambutnya digelung,
penampilannya sangat sederhana. Namun, kehangatan seorang ibu ada
dalam rona wajahnya.

Itulah yang terekam dalam foto hitam putih karya Hani Romdianah
berjudul "Setetes ASI untuk Kehidupan".

Foto Hani, anggota Sanggar Akar, dipamerkan dalam "Festival Film
dan Pameran Foto Karya Anak" di Pusat Kebudayaan Jepang, Jakarta, 8-
10 Desember 2004. Festival ini merupakan rangkaian acara peringatan
10 tahun Sanggar Akar.

Delapan anak jalanan yang memamerkan karya fotonya adalah
Muhammad Soleh, Andri Setiawan, Hani Romdianah, Awi, Jeleha, Rikah
Suryanto, Dede Supriatna, dan Doge Abdurrahman.

Foto-foto mereka merekam peristiwa keseharian yang ada di seputar
lingkungan mereka. Lewat media foto inilah rupanya anak-anak ingin
bicara dan bersaksi mengenai kehidupan mereka.

SETIAP anak memang mempunyai keinginan untuk selalu
menumbuhkembangkan minat dan potensi yang ada pada dirinya. Untuk
itu, keinginan anak terhadap sebuah kesempatan belajar juga tidak
akan pernah berhenti sepanjang hidupnya.

Belajar terus, itulah yang ingin dikecap oleh 80-an anak-anak
jalanan yang tergabung dalam Sanggar Akar.

Berangkat dari kesadaran itu, sekaligus sebagai bentuk pengenalan
teknologi yang semakin modern, maka Sanggar Anak Akar membuat sebuah
bidang yaitu audio visual yang pokok perhatiannya adalah memberikan
pemahaman baru kepada anak-anak tentang dunia film, foto, dan
dokumentasi dalam bentuk gambar.

Salah satu program yang diadakan adalah pelatihan fotografi dan
film. Hasil pelatihan foto itulah yang terpampang di dinding Pusat
Kebudayaan Jepang.

Namun, tak mudah mengajarkan fotografi bagi anak-anak jalanan.
Itu yang dialami Adrian dan Kere yang mendampingi anak-anak jalanan
belajar tentang fotografi. Dalam proses belajar, Adrian melihat
beberapa persoalan yang menjadi kendala. Mulai dari usia peserta
pelatihan yang beragam sampai tingkat pendidikan.

"Hal ini tentunya memaksa saya untuk meraba-raba cara belajar
yang sebaiknya dipakai. Kesulitan lainnya, saya diharuskan bisa
membahasakan kembali kata-kata dalam fotografi ke dalam bahasa sehari-
hari yang mudah dimengerti," kata Adrian.

PELATIHAN film untuk anak-anak Sanggar Akar telah diselenggarakan
sejak bulan Mei-September 2004. Pertemuan dibagi menjadi beberapa
tahap.

Tahap pertama ialah praproduksi dengan berbekal materi pokok
pengajaran mengenai pembuatan skenario, penggunaan kamera,
penyutradaraan dan editing.

Peserta yang berusia minimal usia sekolah lanjutan tingkat
pertama dibagi ke dalam lima kelompok yang masing-masing terdiri atas
empat-lima anggota. Mereka didampingi para pengajar dari Sinema
Society.

Pada tahap kedua, yaitu tahap produksi, masing-masing kelompok
memproduksi film yang mereka sepakati akan diproduksi. Selanjutnya
adalah belajar tahap pascaproduksi. Pada tahap ini, film yang telah
dibuat diedit menjadi sebuah film yang utuh.

Kelima karya film dari lima kelompok anak-anak Sanggar Akar itu
kini bisa dinikmati. Judulnya: "Emang Enak Dipelitin",
"Keinginan", "Keinginan Seorang Anak", "Katok" dan "Temanku Seperti
Malaikat".

Perkampungan kumuh, bantaran sungai, tumpukan sampah, lampu
merah, kecrekan, dan gitar butut adalah suatu yang nyata ada dalam
keseharian mereka. Karena itu, ketika mereka membuat film, maka
mereka memulai dari apa yang ada dan bicara seperti kesehariannya.

"Saya tahu persis tidak ada peralatan hebat seperti biasanya
sebuah produksi film video. Namun satu hal yang kaya dari mereka
adalah cerita tentang kehidupan mereka sendiri yang selama ini
terpinggirkan. Tak seperti got-got mampet di lingkungan mereka,
mereka dapat bercerita secara lancar dan sederhana," kata Yayan,
fasilitator workshop film untuk anak-anak Sanggar Akar.

Begitulah. Dalam kesederhanaan, walau dengan peralatan seadanya
bahkan hasil pinjaman, anak-anak jalanan ini dapat menghasilkan
sebuah karya film yang senyatanya tentang kerasnya hidup di jalanan.
(LOK)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar